Rabu, 26 April 2017

ULANGAN HARIAN SENI BUDAYA

ULANGAN HARIAN KE-3 KELAS VII

Klik link dibawah ini. lalu ikuti petunjuknya. jika sudah selesai, langsung klik krim atau submit maka UH 3 kalian akan otomatis masuk. terima kasih..

https://goo.gl/forms/KogaQFJSZyRRou903


ULANGAN HARIAN KE-3 KELAS VIII

Klik link dibawah ini. lalu ikuti petunjuknya. jika sudah selesai, langsung klik krim atau submit maka UH 3 kalian akan otomatis masuk. terima kasih..

https://goo.gl/forms/wWntm5VbVF0jgSL93

Sabtu, 23 April 2016

Falsafah Jawa Untuk Mencapai Kesempurnaan Hidup

Sebagai orang keturunan jawa, sedikit kami akan mengupas makna aksara jawa sebagai filsafah hidup, suatu upaya kami untuk melestarikan ajaran para pendahulu, sebagai balas budi dan darma bakti kami kepada beliau atas ajarannya akan sebuah arti hidup, lewat karyanya yang sangat besar ini.

Leluhur masyarakat Jawa memiliki beraneka filosofi yang jika dicermati memiliki makna yang begitu dalam. Tetapi, anehnya filosofi yang diberikan oleh para leluhur itu saat ini dinilai sebagai hal yang kuno dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut berlaku terus sepanjang hidup. Dibawah ini ada beberapa contoh filosofi dari para leluhur/nenek moyang masyarakat Jawa.‎

"Dadio banyu, ojo dadi watu" (Jadilah air, jangan jadi batu). 

Kata-kata singkat yang penuh makna. Kelihatannya jika ditelaah memang manungso kang nduweni manunggaling roso itu harus tahu bagaimana caranya untuk dadi banyu. 

Mengapa kita manusia ini harus bisa menjadi banyu (air)? Karena air itu bersifat menyejukkan. Ia menjadi kebutuhan orang banyak. Makhluk hidup yang diciptakan GUSTI ALLOH pasti membutuhkan air. Nah, air ini memiliki zat yang tidak keras. Artinya, dengan bentuknya yang cair, maka ia terasa lembut jika sampai di kulit kita.

Berbeda dengan watu (batu). Batu memiliki zat yang keras. Batu pun juga dibutuhkan manusia untuk membangun rumah maupun apapun. Pertanyaannya, lebih utama manakah menjadi air atau menjadi batu? Kuat manakah air atau batu? 

Orang yang berpikir awam akan menyatakan bahwa batu lebih kuat. Tetapi bagi orang yang memahami keberadaan kedua zat tersebut, maka ia akan menyatakan lebih kuat air. Mengapa lebih kuat air daripada batu? Jawabannya sederhana saja, Anda tidak bisa menusuk air dengan belati. Tetapi anda bisa memecah batu dengan palu. 

Artinya, meski terlihat lemah, namun air memiliki kekuatan yang dahsyat. Tetes demi tetes air, akan mampu menghancurkan batu. Dari filosofi tersebut, kita bisa belajar bahwa hidup di dunia ini kita seharusnya lebih mengedepankan sifat lemah lembut bak air. Dunia ini penuh dengan permasalahan. Selesaikanlah segala permasalahan itu dengan meniru kelembutan dari air. Janganlah meniru kekerasan dari batu. Kalau Anda meniru kerasnya batu dalam menyelesaikan setiap permasalahan di dunia ini, maka masalah tersebut tentu akan menimbulkan permasalahan baru. 

"Sopo Sing Temen Bakal Tinemu"

Filosofi lainnya adalah kata-kata "Sopo sing temen, bakal tinemu" (Siapa yang sungguh-sungguh mencari, bakal menemukan yang dicari). Tampaknya filosofi tersebut sangat jelas. Kalau Anda berniat untuk mencari ilmu nyata ataupun ilmu sejati, maka carilah dengan sungguh-sungguh, maka Anda akan menemukannya. 

Namun jika Anda berusaha hanya setengah-setengah, maka jangan kecewa jika nanti Anda tidak akan mendapatkan yang anda cari. Filosofi di atas tentu saja masih berlaku hingga saat ini.

"Sopo sing kelangan bakal diparingi, sopo sing nyolong bakal kelangan"
(Siapa yang kehilangan bakal diberi, siapa yang mencuri bakal kehilangan). 
Filosofi itupun juga memiliki kesan yang sangat dalam pada kehidupan. Artinya, nenek moyang kita dulu sudah menekankan agar kita tidak nyolong (mencuri) karena siapapun yang mencuri ia bakal kehilangan sesuatu (bukannya malah untung).

Contohnya, ada orang yang dicopet. Ia akan kehilangan uang yang dimilikinya di dalam dompetnya. Tetapi GUSTI ALLOH akan menggantinya dengan memberikan gantinya pada orang yang kehilangan tersebut. Tetapi bagi orang yang mencopet dompet tersebut, sebenarnya ia untung karena mendapat dompet itu. Namun,ia bakal dibuat kehilangan oleh GUSTI ALLOH, entah dalam bentuk apapun. 

Dari filosofi tersebut, Nenek moyang kita sudah memberikan nasehat pada kita generasi penerus tentang keadilan GUSTI ALLOH itu. GUSTI ALLOH itu adalah hakim yang adil.

Falsafah Huruf Jawa 

Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada "utusan" yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia (sebagai ciptaan).

Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data (saatnya dipanggil) "tidak boleh sawala" (mengelak) manusia dengan segala atributnya harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.

Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup (Khalik) dengan yang diberi hidup (makhluk). Maksdunya padha " sama " atau sesuai, jumbuh, cocok, tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu "menang, unggul" sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan,sekedar menang atau menang tidak sportif.

Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.

MAKNA HURUF

Ha : Hana hurip wening suci (Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci)
Na : Nur candra, gaib candra, warsitaning candara (Pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi)
Ca : Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi (Arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal)
Ra : Rasaingsun handulusih (Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani)
Ka : Karsaningsun memayuhayuning bawana (Hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam)
Da : Dumadining dzat kang tanpa winangenan (Menerima hidup apa adanya)
Ta : Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa (Mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup)
Sa : Sifat ingsun handulu sifatullah (Membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan)
Wa : Wujud hana tan kena kinira (Ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas)
La : Lir handaya paseban jati (Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi)
Pa : Papan kang tanpa kiblat (Hakekat Allah yang ada disegala arah)
Dha : Dhuwur wekasane endek wiwitane (Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar)
Ja : Jumbuhing kawula lan Gusti (Selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak-Nya)
Ya : Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi (Percaya dan Yakin atas titah/kodrat Illahi)
Nya : Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki (Memahami kodrat kehidupan)
Ma : Madep mantep manembah mring Ilahi (Yakin/mantap dalam menyembah Ilahi)
Ga : Guru sejati sing muruki (Belajar pada guru nurani)
Ba : Bayu sejati kang andalani (Menyelaraskan diri pada gerak alam)
Tha : Tukul saka niat (Sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niat yang suci)
Nga : Ngracut busananing manungso (Melepaskan egoisme pribadi manusia)

Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci - pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi - satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani - hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam - menerima hidup apa adanya - mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup - membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan - ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas - mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi - Hakekat Allah yang ada disegala arah - Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar - selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak Nya – percaya dan yakin atas titah / kodrat Illahi - memahami kodrat kehidupan - yakin/mantap dalam menyembah Ilahi - belajar pada guru nurani - menyelaraskan diri pada gerak alam - sesuatu harus dimulai - tumbuh dari niat yang suci - melepaskan egoisme pribadi manusia.

Hanacaraka atau dikenal dengan nama caraka adalah abjad/alat tulis yang digunakan oleh suku Jawa (juga Madura, Sunda, Bali, Palembang, dan Sasak). Aksara Jawa bila diamati lebih lanjut memiliki sifat silabik (kesukukataan). Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili 2 buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "hari". Aksara Na yang mewakili dua huruf yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "nabi". Beberapa buah aksara itu bisa digabungkan secara langsung untuk membentuk sebuah kata.

Bila diucapkan, susunan aksara tersebut dapat membentuk kalimat :
Hana Caraka (Terdapat Pengawal);
Data Sawala (Berbeda Pendapat);
Padha Jayanya (Sama kuat/hebatnya);
Maga Bathanga (Keduanya mati).

Aksara Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk dilestarikan. Tak hanya di Jawa, aksara Jawa ini rupanya juga digunakan di daerah Sunda dan Bali, walau memang ada sedikit perbedaan dalam penulisannya. Namun sebenarnya aksara yang digunakan sama saja. Demikian kurang lebih arti dan makna yang tekandung dalam Filsafat aksara jawa.


DALAM berfilosofi, orang Jawa seringkali menggunakan unen-unen untuk menata hidup manusia. Makna dari ungkapan-ungkapan Jawa ini seringkali tidak dipahami oleh sebagian besar keturunan etnis Jawa di era modern ini. Maka tidak salah, jika muncul sebutan, "Wong Jowo sing ora njawani".

Filosofi Jawa dinilai sebagai hal yang kuno dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut berlaku terus sepanjang hidup. Warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bahkan mampu menambah wawasan kebijaksanaan.
Berikut 10 dari sekian banyak falsafah yang menjadi pedoman hidup orang Jawa.

1. Urip Iku Urup
Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.

2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.

3. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan.

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Jangan mudah terheran-heran. Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut-kejut. Jangan mudah ngambeg, jangan manja.

7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.

8. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka‎
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.


9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.

DALAM ngelmu, seseorang dituntut untuk menggunakan pikirannya untuk membaca dan memahami apa-apa yang ada di sekelilingnya. Ketika seseorang meguru atau berguru pada orang yang sudah mumpuni dalam hal ilmu rasa, maka dia harus ‘menggerakkan’ otaknya untuk memahami apa yang ada di alam semesta ini. Artinya, alam semesta ini ‘dibaca’ dan diartikan sendiri apa yang menjadi makna sejatinya.

Ki Ageng Selo yang kondang namanya lantaran mampu menangkap petir pun pernah berguru pada Kanjeng Sunan Kalijogo. Salah satu wejangan dari Kanjeng Sunan Kalijogo terhadap Ki Ageng Selo adalah tentang Pacul. Ketika itu Kanjeng Sunan Kalijogo menyuruh Ki Ageng Selo untuk ‘membaca’ Pacul.

Pacul atau cangkul adalah salah satu alat yang merupakan senjata para petani. Senjata ini digunakan para petani untuk mengolah lahan pertanian. Tampaknya memang sederhana, Pacul. Tapi makna yang terkandung di dalamnya sangatlah tinggi.

Dari wejangan Kanjeng Sunan Kalijogo terhadap Ki Ageng Selo, Pacul atau cangkul itu terdiri dari 3 bagian. Ketiga bagian tersebut adalah: Pacul (bagian yang tajam untuk mengolah lahan pertanian), Bawak (lingkaran tempat batang doran), dan Doran (batang kayu untuk pegangan cangkul).

Menurut wejangan Kanjeng Sunan Kalijogo, sebuah pacul yang lengkap, tidak akan dapat berdiri sendiri-sendiri. Ketiga bagian tersebut harus bersatu untuk dapat digunakan oleh petani. Apa sebenarnya arti dari Pacul, Bawak dan Doran itu?

* Pacul. Memiliki arti “ngipatake barang kang muncul“
Artinya, menyingkirkan bagian yang mendugul atau bagian yang tidak rata. Dari alat Pacul tersebut setidaknya bisa diartikan bahwa kita manusia ini harus selalu berbuat baik dengan menyingkirkan sifat-sifat yang tidak rata, seperti ego yang berlebih, cepat marah, mau menang sendiri dan sifat-sifat jelek kita lainnya yang dikatakan ‘tidak rata’.

* Bawak. Memiliki arti “obahing awak“. 
Arti obahing awak adalah gerak tubuh. Maksudnya, kita manusia hidup ini diwajibkan untuk berikhtiar mencari rezeki dari GUSTI ALLOH guna memenuhi kebutuhan hidup. Disamping itu, arti ikhtiar tersebut juga bukan hanya berarti mencari rezeki semata, tetapi juga ikhtiar untuk senantiasa “manembah GUSTI ALLOH tan kendhat Rino Kelawan Wengi” (menyembah GUSTI ALLOH siang maupun malam).

* Doran. Memiliki arti “Dongo marang Pengeran” ada juga yang mengartikan “Ojo Adoh Marang Pengeran“. Arti “Dongo Marang Pengeran” adalah doa yang dipanjatkan pada GUSTI ALLOH. Pengeran berasal dari kata GUSTI ALLOH kang dingengeri (GUSTI ALLOH yang diikuti). Sedangkan “Ojo Adoh Marang Pengeran” memiliki arti janganlah kita manusia ini menjauhi GUSTI ALLOH. Manusia harus senantiasa wajib ingat dan menyembah GUSTI ALLOH, bukan menyembah yang lain.

Ketiga bagian Pacul tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Kalau digabung, maka ketiganya memiliki arti, manusia hendaknya mampu menyingkirkan sifat-sifat buruknya, berikhtiar untuk mencari rezeki GUSTI ALLOH dan tidak melupakan untuk selalu berdoa dan menyembah GUSTI ALLOH. Bukankah kini kita mengetahui bahwa benda Pacul itu memiliki nilai filsafat yang tinggi?

( diambil dari http://wiyonggoputih.blogspot.co.id/2015/08/falsafah-jawa-untuk-mencapai.html ) 

Kamis, 07 Januari 2016

Gerua - Ost Dilwale

Dhoop se nikal ke
Chhaon se phisal ke
Hum mile jahan par
Lamha thamm gaya
Aasman pighal ke
Shishe mein dhal ke
Jamm gaya to tera
Chehra ban gaya
Duniya bhula ke tumse mila hu
Nikli hai dil se yeh dua
Rang de tu mohe gerua
Ranjhe ki dil se hai dua
Rang de tu mohe gerua
Haan nikli hai dil se yeh dua
Ho rang de tu mohe gerua
Ho tumse shuru, tumpe fanna
Hai sufiyana yeh dastan
Main karwan maznil ho tum
Jaata jahan ko har rasta
Tumse juda jo dil zara sambhal ke
Dard ka woh sara kohra chann gaya
Duniya bhula ke tumse mila hu
Nikli hai dil se yeh dua
Rang de tu mohe gerua
Ho Ranjhe ki dil se hai dua
Rang de tu mohe gerua
Ho veeran tha, dil ka jahan
Jis din se tu daakhil huva
Ek jism se hai ek jaan ka
Darza mujhe hasil huva
Haan pheeke hain saari naate jahan ki
Tere sath rishta gehra ban gaya
Duniya bhula ke tumse mila hu
Nikli hai dil se yeh dua
Rang de tu mohe gerua
Ranjhe ki dil se hai dua
Rang de tu mohe gerua
Haan nikli hai dil se yeh dua
Ho Rang de tu mohe gerua


Tum Hi Ho

Hum tere bin ab reh nahi sakte
Tere bina kya wajood mera (x2)

Tujhse juda gar ho jaayenge
Toh khud se hi ho jaayenge judaa

Kyunki tum hi ho
Ab tum hi ho
Zindagi ab tum hi ho
Chain bhi, mera dard bhi
Meri aashiqui ab tum hi ho

Tera mera rishta hai kaisa
Ik pal door gawara nahi
Tere liye har roz hai jeete
Tujh ko diya mera waqt sabhi
Koi lamha mera na ho tere bina
Har saans pe naam tera

Kyunki tum hi ho
Ab tum hi ho
Zindagi ab tum hi ho
Chain bhi, mera dard bhi
Meri aashiqui ab tum hi ho

Tumhi ho... Tumhi ho...
Tere liye hi jiya main
Khud ko jo yun de diya hai
Teri wafa ne mujhko sambhala
Saare ghamon ko dil se nikala
Tere saath mera hai naseeb juda
Tujhe paake adhoora naa raha hmm..

Kyunki tum hi ho
Ab tum hi ho
Zindagi ab tum hi ho..
Chain bhi, mera dard bhi
Meri aashiqui ab tum hi ho (x2)

RINDU

setiap insan memiliki banyak cara dalam menyampaikan sebuah rindu..
sebuah rindu yang terus menerus menjadi sebuah batu besar yang terus menggelinding dengan kerasnya..
sebuah rindu yang jika terlalu lama terpendam akan terus membuncah dan semakin tinggi seperti gunung..
bahkan insan tersebut menyampaikan sebuah salam rindu pada angin yang berhembus..
tak jarang pula pada gemerlap nya cahaya bintang di malam hari..
bahkan pada deburan ombak yang tinggi nan syahdu..

rindu..
aku titipkan rindu ini pada sinar kejora yang terus bersinar dengan terangnya..
yang selalu menemani ku di  setiap malam yang terus menerus memperlihatkan kepekatannya..
yang selalu diiringi dengan angin dingin menusuk hati..
yang tak pernah terlewatkan nyanyian suara binatang malam tanpa pemimpin yang mengatur harmoninya..

^010116^

HUJAN

malam ini tetesan air langit jatuh lagi ke bumi..
memberikan kesejukan yang cantik malam ini..
memberikan hembusan nafas yang manis..
menunjukan dingin nya hati sang pencinta malam...
sayang, sang bulan sedih..
bintang tak ada yang menemani nya malam ini..
tak satu pun..
bahkan seberkas sinarnya pun tak tampak..
padahal ia ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting malam ini..
dibalik air langit yang jatuh malam ini..
ia ingin menyampaikan salam rindu nya pada sang pencinta malam..
yang setiap matahari terbenam ia selalu menantikan kedatangan sang bulan..
mengucapkan doa-doa dengan khidmat..
menyanyikan sebuah lagu kedamaian..
serta memberikan tiupan-tiupan angin kesejukan melalui suara serulingnya..

hujan..
jangan terlalu deras engkau malam ini..
aku ingin ia melihat ku melalui celah-celah jendela kecil di dekat kamarnya..
aku ingin melihat ia tersenyum dengan manis dan melambaikan tangannya sebelum ia menikmati air mu yang terus jatuh malam ini melalui mimpi..

^010116^

Rabu, 27 Agustus 2014

Perjalanan Sang Waktu

terkadang kita tidak tahu akan perjalanan sebuah waktu.. sekilas kita merasakan sebuah beban yang sangat berat dalam kehidupan kita selanjutnya secara tiba-tiba kita telah terlepas melalui sebuah proses yang sangat lama. itu semua menjadi sebuah bahan pembelajaran bagi kita semua. untuk lebih memperdalam kembali sebuah pelajaran yang didapat ketika kita melalui itu semua.

waktu juga dapat membunuh kita apabila kita tidak menyayangi dan memanfaatkannya dengan baik. dia akan melakukan semua hal yang menurut kita tidak pantas dan sia-sia secara perlahan. dan pada akhirnya sebuah penyesalan akan datang kepada kita ketika waktu membunuh dan meninggalkan kita dalam kesia-siaan.

pepatah banyak mengatakan "seseorang yang bijak adalah seseorang yang bisa menghargai waktu dan memanfaatkannya dengan baik". namun pepatah tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. dalam perjalanan mengarungi sang waktu. dengan segala daya serta upaya yang terus dilakukan dalam meraih waktu. pada dasarnya, kebijaksanaan yang sejati adalah apabila seseorang dapat menerima dengan lapang dada apapun yang telah diterima dalam kehidupannya. dan terus berjuang akan meraih cita-citanya. memanfaatkan apa yang ada dalam dirinya. ketika kelapangan dada tersebut lebih mendewasakan seseorang dalam sebuah kehidupan. dan memanfaatkan semua yang ada dalam dirinya termasuk sebuah nama yaitu WAKTU..